ArsipSimposium Rakyat Papua Barat Digelar 1 Desember 2014

Simposium Rakyat Papua Barat Digelar 1 Desember 2014

Kamis 2014-11-27 20:01:15

VANUATU, SUARAPAPUA.com — Simposium rakyat Papua Barat yang mengalami penundaan beberapa kali, akhirnya dapat digelar pada 1 Desember 2014 mendatang, di Port Vila, Vanuatu.

Ketua pantia penyelenggara, Pastor Allan Nafuki seperti ditulis Radio New Zealand mengatakan, simposium yang digelar bertujuan memastikan semua pendapat rakyat Papua terwakili dalam pertemuaan tersebut.

Kata Pastor Nafuki, pertemuan diharapkan membentuk tawaran konsep baru dari rakyat Papua untuk menjadi anggota Melanesia Spearhead Group (MSG).

“Sebuah aplikasi keanggotaan formal oleh Koalisi Nasional Papua Barat untuk Pembebasan akan mengetuk kembali MSG, sebab para pemimpin minta organisasi yang lebih representatif,” kata Nafuki.

Nafuki mengatakan, ia juga berharap konferensi dapat menghasilkan keputusan otonom pada penentuan nasib sendiri untuk kemerdekaan.

 

"Kami meminta setiap kelompok, baik pro, atau tidak pro, kami mengharapkan mereka untuk datang, sehingga pada akhir KTT, tidak ada yang akan mengatakan KTT Vanuatu tidak diwakili. Jadi kami ingin memberikan semua orang kesempatan di KTT ini,” kata Nafuki.

Pastor Allan Nafuki juga mengatakan, sejauh ini ia belum mendengar adanya kesulian para tamu dan undangan dari Papua Barat soal kesulitan meninggalkan Indonesia.

 

Dikabarkan, sekitar 200 perwakilan Papua Barat dari seluruh dunia akan hadir. Beberapa perwakilan dipastikan telah tiba di Port Vila, Vanuatu.

Rencananya, konferensi ini akan dimulai dari tanggal 1 Desember, setelah pawai solidaritas bagi rakyat Papua Barat di Port Vila.

 

OKTOVIANUS POGAU

1 KOMENTAR

Terkini

Populer Minggu Ini:

PBB Memperingatkan Dunia yang Sedang Melupakan Konflik Meningkat di RDK dan...

0
"Rwanda melihat FDLR sebagai ancaman besar bagi keamanannya. Tentara Kongo berkolaborasi dengan FDLR, yang membuat Kigali marah,” kata Titeca.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.